Back

Burnout dan Istirahat: Perjalanan Pribadi Melalui Kelelahan Menuju Pemulihan

Burnout, keadaan kelelahan fisik dan emosional yang kronis, seringkali terasa seperti lereng yang curam dan licin. Saya sedang mendalami karier saya sebagai konsultan, terus mendorong batas kemampuan saya, ketika saya pertama kali melihat tanda-tandanya. Seiring waktu, saya terjebak dalam siklus kerja yang tampaknya tak berujung, yang memberikan sedikit ruang untuk waktu pribadi atau keluarga.

Tanda-tanda awalnya halus tapi mendesak. Saya selalu merasa lelah, sering sakit, dan kesulitan fokus pada pekerjaan saya. Bahkan saat semangat yang memicu karier saya tampak memudar, saya merasa takut yang tidak nyaman mendekati hari kerja. Beban emosional juga signifikan. Saya sering merasa terisolasi, seolah-olah saya adalah satu-satunya yang mencoba menyelesaikan sesuatu, dan sepertinya saya selalu mudah tersinggung.

Ini yang saya temukan:

  • Kelelahan berkelanjutan: Saya merasa lelah secara kronis dan berjuang untuk menjaga level energi saya seperti biasanya.
  • Kekurangan motivasi atau kesenangan: Tugas-tugas yang pernah saya nikmati atau banggakan mulai tampak sia-sia atau sangat luar biasa.
  • Sering sakit: Sistem kekebalan yang dikompromikan oleh stres kronis mungkin mengakibatkan sakit lebih sering dari biasanya.
  • Kesulitan kognitif: Saya butuh bantuan untuk berkonsentrasi, mengingat, atau membuat keputusan.
  • Emosional: Perasaan mudah tersinggung, isolasi, dan makan berlebihan.

Meskipun gejala-gejala ini, saya bertekad untuk terus maju. Saya berhasil mempertahankan kinerja saya di tempat kerja, meskipun dibutuhkan usaha yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Hubungan dengan rekan kerja tetap stabil, tetapi mempertahankannya menjadi tugas lain di piring saya yang sudah terlalu penuh. Saya mencoba beberapa strategi untuk mengatasi kelelahan yang menumpuk — mengurangi tanggung jawab saya, menyerahkan tugas, mengambil istirahat singkat selama minggu, dan bahkan mencoba melakukan sesuatu yang menyenangkan jika memungkinkan.

Namun, itu tidak cukup. Sebuah rasa stagnasi muncul, baik secara pribadi maupun profesional. Usaha saya menghasilkan hasil yang lebih sedikit, dan meskipun kontribusi saya, organisasi yang saya kerjakan perlu ditingkatkan. Saat itulah saya memutuskan untuk mundur dan istirahat. Saya menyelesaikan proyek yang sedang berjalan, menahan diri untuk tidak mengambil yang baru, dan merekrut ahli tambahan untuk menanggung tanggung jawab yang telah saya pikul.

Untungnya, keluarga saya mendukung keputusan saya untuk beristirahat. Mereka telah menyaksikan perjuangan saya secara langsung dan memahami kebutuhan saya akan istirahat. Perubahannya tidak langsung, dan perjalanan menuju pemulihan telah bertahap. Secara fisik, saya masih berusaha untuk mengembalikan vitalitas yang saya miliki lima tahun yang lalu. Namun secara mental, peningkatannya telah luar biasa. Saya lebih santai, merasa lebih kreatif, dan menemukan diri saya siap untuk menghadapi tantangan yang lebih besar dari sebelumnya.

Ini yang saya temukan membantu:

  • Mengutamakan perawatan diri: Saya mencoba untuk berolahraga, diet sehat, dan tidur yang cukup sangat penting untuk mempertahankan kesehatan fisik dan mental.
  • Menetapkan batasan: Mengerti batasan Anda dan pastikan beban kerja Anda dapat dikelola.
  • Belajar untuk menolak pekerjaan: Belajar untuk menolak pekerjaan ataupun kesempatan dari pekerjaan atau dari teman, untuk menghindari stress dan tambahan pekerjaan yang tidak perlu.
  • Ambil istirahat: Istirahat singkat selama hari dan lebih panjang bila diperlukan dapat membantu menjaga energi mental dan fisik Anda.
  • Berkumpul dengan Teman dan Keluarga: Hubungi keluarga, teman, atau profesional. Jaringan pendukung dapat membantu Anda mengatasi stres dan menyediakan tempat berbagi tentang kekhawatiran Anda.

Untuk mencegah burnout di masa mendatang, saya membuat beberapa perubahan gaya hidup. Saya belajar untuk menyeimbangkan keinginan saya untuk membantu klien dengan kebutuhan untuk melindungi kesejahteraan saya. Saya menjaga hubungan profesional, menyadari bahwa, pada akhirnya, saya perlu dapat melakukan pekerjaan saya dengan baik untuk membantu mereka.

Berdasarkan pengalaman saya, nasihat saya untuk orang lain yang mungkin mengalami burnout tetapi ragu untuk beristirahat adalah sederhana: Jadi Bersemangat, Ketahui Batasan Anda, dan Tetap Bahagia. Mempertahankan semangat untuk pekerjaan Anda, memahami dan menghormati batasan Anda, dan memprioritaskan kebahagiaan dan kesejahteraan Anda adalah penting. Bagaimanapun, hanya ketika kita berada dalam kondisi terbaik kita, kita dapat memberikan yang terbaik.

Alex Wibowo
Alex Wibowo
A seasoned executive with 23 years of experience in harnessing technology and marketing to drive business transformation. Known for achieving significant sales growth and turning traditional brands into digital leaders. Firm believer in collaborative leadership and stakeholder engagement, and skilled in creating effective teams using the Build-Operate-Transfer (BOT) method. Always prepared for the next challenge, valuing collaboration and connection as keys to future growth and success.